Rabu, 07 Agustus 2013

Pecak Silat Bajing Kiring

Pada awal tahun 1931 di daerah Kecamatan Cikampek Kab. Karawang ber­diri sebuah Perkumpulan Pencak Silat yang di kenal dengan nama "Panca Wargi" yaitu sejenis seni beladiri yang di wanskan oleh nenek moyang bangsa yang mengandung nilai-nilai luhur seperti kepahlawanan, sportivitas, kesehatan jasmani kejujuran dan percaya diri sendiri dengan di sertai ketaqwaan kepada Tuhan YME. Sampai pada tahun 1945 perguruan Pencak Silat ini di berikan kepercayaan untuk melatih tentara Batalyon 317 di daerah Karawang.

Pada era tahun 1980-an perguruan ini berganti nama menjadi "Bajing Kiring" setelah di adakan pelantikan kepengurusan yang baru tepatnya tanggal 27 Pebruari 1982. Konon menurut mereka nama Bajing Kiring bertujuan untuk ngalap berkah dad Tuhan YME agar para anggotanya mempunyai jiwa yang besar, berbudi luhur, hormat dan ta'at kepada orang tua serta bertaqwa terhadap Tuhan YME, dengan semboyan : Elmu Luhung Teu Adigung, Sakti Did Teu Kumaki, Usik Yakin Kersaning ILLAHI.

Ada semacam sumpah paguron yang wajib di ucapkan oleh para anggotanya yaitu :

1. Berbakti, patuh dan ta'at kepada guru dan orang tua,

2. Mengabdi kepada nusa, bangsa dan agama,

3. Tolong menolong kepada sesama umat manusia,

4. Sopan santun dalam segala tingkah dan perbuatan, tidak sombong, takabur dan iri hati,

5. Setia dan menjunjung tinggi perguruan dan tidak boleh berlakku sewenang­wenang.

Tokoh yang hingga kini masih terus mempertahankan keberadaan perguruan seni pencak silat ini, adalah H.M. Tjetje Nurdin bersama dengan empat orang saudaranya yaitu Abu dan Encep Permana hingga kini masih di akui sebagai guru besar bagi para anggotanya. Seni Pencak Silat ini sering kali di per tunjukkan pada acara-acara baik nasional seperti upacara 17 agustusan, maupun pada upacara pernikahan atau khitanan dan lain-lain.

Jumlah pemain yang mendukung per­tunjukan kesenian ini antara 10 sampai dengan 40 orang tergantung dari ke­butuhan acara yang di garapnya.

Sementara waditra yang di pergunakan terdiri dari :

2 buah kendang indung
2 buah kendang anak
7 buah kendang ketipung/kulanter
1 buah kempul/bende
1 buah teropet
seperangkat alat Qasidahan
seperangkat Dogdog
Busana yang di pergunakan oleh para Nayaga selama pertunjukan berlangsung, beraneka ragam seperti :

Baju Pangsi warna hitam dengan Ban sesuai tingkat kemahiran di pakai oleh pemain Pencak Silat.
Busana Muslim di pakai oleh pemain Qasidahan,
Baju Pangsi warna hijau di pakai oleh penabuh Dogdog,
Celana Pangsi dan Kerudung hitam (Jilbab) di pakai oleh wanita yang akan melakukan Ibing Pesantren, dan Kopiah sarung di pergunakan oleh laki­laki,
Baju bebas memakai jas untuk Pesulap.
Lagu-lagu yang di bawakan di sesuai­kan dengan mated pertunjukan untuk mengiringi Pencak Silat. Ada tiga jenis lagu iringan yang di sajikan yaitu

-        untuk Tepak Dua memakai lagu 2 Wilet, contohnya : Buah Kawung, Senggot.

-        Untuk Tepak Tilu memakai lagu Sawilet seperti : Kembang Beureum, Kulu-kulu, Kembang Kertas, Kalangkang.

-        Untuk Padungdung memakai lagu Keringan, biasanya peniup Terompet berimprovisasi.

Urutan pertunjukkan dari kesenian ini di mulai dengan

1. Pengajian ayat suci AI-Qur'an, 2. Qasidahan,

3. Ibing Pesantren,

4. Pencak Silat,

5. Lawak (bobodoran)

6. Permainan Sulap,

7. Demonstrasi Pencak Silat dengan mempergunakan alat-alat senjata tajam dengan mengeluarkan tenaga dalam.

Demikian uraian singkat kesenian Bajing Kiring yang terdapat di Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang, menurut penuturan Uar Warliyah BA, Penilik Kebudayaan Kandepdikbud Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang.

Sumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id

News